Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?
Firefox 2

Quest Book

Waktu saat ini menunjukkan :

 

Kamu adalah pengunjung ke

Customize your blog

IPDN = Institut Pemukulan Dalam Negeri

Written By generated on Saturday 21 April 2007 | 03:33


Mungkin berita ini udah agak lama ya, tapi saya juga ingin memberikan tanggapan. Tanggapan saya simple aja koq. Kekerasan itu ndeso banget, he he he.

Mungkin kita mulai dari sejarahnya dulu aja ya, Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) adalah salah satu Lembaga Pendidikan Tinggi Kedinasan dalam lingkungan Departemen Dalam Negeri, dengan maksud untuk mempersiapkan kader pemerintahan dalam negeri yang siap tugas dan siap dikembangkan dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan tugas pembangunan, baik di tingkat daerah maupun di tingkat pusat secara berdaya guna dan berhasil guna. Biasanya para lulusan dari IPDN pastimenjadi camat ataupun pegawai Pemda di daerahnya masing-masing. Karena sebagai utusan daerah yang disekolahkan oleh biaya pemerintah atau dengan kata lain memakai uang rakyat ini diharapkan dapat ikut membangun desa ataupun kota tempat asalnya.

IPDN merupakan nama baru karena sebelumnya sekolah ini bernama STPDN yang karena kelakuan dari prajanya sendiri dan insiden budaya pemukulan dalam kampus ini pada tahun 2005 sehingga namanya berganti menjadi IPDN, perubahan yang diatur Keppres Nomor 87/2004 tentang Penggabungan STPDN dan IIP dan Permen Dalam Negeri No. 29 tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja IPDN, sebenarnya sudah dirancang sejak 1998 karena ada aturan yang membatasi setiap departemen hanya memiliki satu pendidikan kedinasan.

Sebagai sebuah tempat pendidikan,IPDN mempunyai sejarah yang kelam dengan budaya kekerasan yang sudah mendarah daging dalam diri para praja atau anak didik. Hal itu dikarenakan karena budaya senior dan junior yang digabung dengan kekerasan yang terjadi di dalam kampus. Hal itu pun terjadi juga diketahui oleh para dekan dan rektor kampus IPDN ini, jadi ketika insiden Cliff Muntu, praja asal Sulawesi Utara yang meninggal karena kekerasan seniornya. Pihak IPDN sendiri seperti kebakaran jenggot dan kelabakan ketika pemerintah dan kepolisian melakukan penyidikan dan audit menyeluruh terhadap lembaga ini. Itu khan ulah mereka sendiri,mereka telah melanggar janji setia yang mereka ucapkan dalam apel setiap pagi, dan semuanya seperti ditutup-tutupi seperti tidak terjadi apa-apa dengan kematian dan kehilangan seorang nyawa siswanya. Atau mungkin hal itu sudah biasa terjadi dalam kampus ini ? Sungguh mengerikan … Aq sih ogah ah kuliah di situ,nti badanku benjut semua,masuk rumah sakit, ndak malah bisa belajar, sakitsemua deh …. Belajar nyaman bagaimana, lha wong siswanya dibayangi ketakutan akan sanksi tak tertulis ataupun ancaman dari senior dan oknum IPDN itu sendiri.

Bukan itu saja, salah seorang dosen Bpk Inu Kencana mengungkapkan dengan gamblang apa yang sebenarnya terjadi dalam kampus ini. Adanya KKN dari oknum IPDN, kekerasan senior, perilaku seks bebas para praja, para praja yang menyewa kost walaupun mereka sudah mendapat fasilitas asrama, dll. Entah apa lagi yang belum terungkap ya? Makanya masyrakat Indonesia jadi geram kalau melihat video kekejaman yang terjadi di kampus ini,lha gimana tidak, wong mereka sekolah pakai uang rakyat kok mereka seenaknya saja. Lihat saja para praja yang ada di kampus itu, seperti robot, mereka tidak punya hati nurani walaupun ada temannya yang meninggal tragis. Dimana solidaritas mereka? Mana yang angkat suara?

Maka lumrah aja ada suara sumbang untuk membubarkan lembaga ini, karena sekarang lebih dibutuhkan efisiensi dalam hal ini. Bagaimana tidak anggaran yang diminta sekolah ini sampai 150 milliar dan semuanya itu uang rakyat. Hasilnya pendidikan gimana?

Saya juga menyoroti website IPDN yang sejak terjadinya insiden kematian praja Cliff Muntu, website ini diserang dengan komentar-komentar panas. Lucu juga ya…

Kalau dilihat dari design,memang polingnya juga betul, website IPDN ini kurang informatif dan hanya menunjukkan yang bagus-bagus aja, insiden yang baru terjadi di kampusnya pun tidak ditayangkan.

Kalau pembaca sekalian ingin tahu juga, mengakses situs resmi IPDN di mapd-ipdn.or.id



Gambar di atas adalah beberapa tanggapan dari pembaca website IPDN yang kecewa yang kurang informatif.

Slogan website aja, mendidik dan mengembangkan, wah cocok ndak ya ?

Tanggapan terakhir saya, Lembaga Pendidikan ini memang patut dibubarkan, karena menghamburkan uang rakyat, kurang efisien karena hanya mendidik para birokrat pemerintah yang sarat dengan KKN. Yang terakhir, sekarang sudah era reformasi dan semua kembali ke rakyat, untuk jabatan camat ataupun kepala desa sekarang sudah melalui pemilihan secara bebas dari rakyat. Pertanyaannya, apa masih perlu sekolah ini?


Referensi :

Wikipedia

mapd-ipdn.or.id

0 comments: