Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?
Firefox 2

Quest Book

Waktu saat ini menunjukkan :

 

Kamu adalah pengunjung ke

Customize your blog

ESOK MUNGKIN TAKKAN PERNAH ADA

Written By generated on Tuesday 6 February 2007 | 20:06

Segalanya berawal ketika saya masih berumur 6 tahun. Ketika saya sedang
bermain di halaman rumah saya di California, saya bertemu seorang anak
laki-laki. Dia seperti anak laki-laki lainnya yang menggoda saya dan
kemudian saya mengejarnya dan memukulnya. Setelah pertemuan pertama
dimana
saya memukulnya, kami selalu bertemu dan saling memukul satu sama lain
di
batas pagar itu. Tapi itu tidaklah lama. Kami selalu bertemu di pagar
itu
dan kami selalu bersama.
Saya menceritakan semua rahasia saya. Dia sangat pendiam... dia hanya
mendengarkan apa yang saya katakan. Saya menganggap dia enak diajak
bicara
dan saya dapat berbicara kepadanya tentang apa saja.
Di sekolah, kami memiliki teman-teman yang berbeda tapi ketika kami
pulang
ke rumah, kami selalu berbicara tentang apa yang terjadi di sekolah.
Suatu
hari, saya bercerita kepadanya tentang anak laki-laki yang saya sukai
tetapi telah menyakiti hati saya.... Dia menghibur saya dan mengatakan
segalanya akan beres. Dia memberikan kata-kata yang mendukung dan
membantu
saya untuk melupakannya. Saya sangat bahagia dan menganggapnya sebagai
teman sejati.

Tetapi saya tahu bahwa sesungguhnya ada yang lainnya dari dirinya yang
saya
suka. Saya memikirkannya malam itu dan memutuskan bahwa itu adalah
rasa

persahabatan. Selama SMA dan semasa kelulusan, kami selalu bersama dan
tentu saja saya berpikir bahwa ini adalah persahabatan.

Tetapi jauh di lubuk hati, saya tahu bahwa ada sesuatu yang lain. Pada
malam kelulusan, meskipun kami memiliki pasangan sendiri-sendiri,
sesungguhnya saya menginginkan bahwa sayalah yang menjadi pasangannya.
Malam itu, setelah semua orang pulang, saya pergi ke rumahnya untuk
mengatakannya. Malam itu adalah kesempatan terbesar yang saya miliki
tapi

saya hanya duduk di sana dan memandangi bintang bersamanya dan
bercakap-cakap tentang cita-cita kami. Saya melihat ke matanya dan
mendengarkan ia bercerita tentang impiannya. Bagaimana dia ingin
menikah
dan sebagainya. Dia bercerita bagaimana dia ingin menjadi orang kaya
dan
sukses. Yang dapat saya lakukan hanya menceritakan impian saya dan
duduk
dekat dengan dia.

Saya pulang ke rumah dengan terluka karena saya tidak mengatakan
perasaan

saya yang sebenarnya. Saya sangat ingin mengatakan bahwa saya sangat
mencintainya tapi saya takut. Saya membiarkan perasaan itu pergi dan
berkata kepada diri saya sendiri bahwa suatu hari saya akan mengatakan
kepadanya mengenai perasaan saya.

Selama di universitas, saya ingin mengatakan kepadanya tetapi dia
selalu
bersama-sama dengan seseorang. Setelah lulus, dia mendapatkan
pekerjaan
di
New York. Saya sangat gembira untuknya, tapi pada saat yang sama saya
sangat bersedih menyaksikan kepergiannya. Saya sedih karena saya
menyadari
ia pergi untuk pekerjaan besarnya. Jadi... saya menyimpan perasaan
saya

untuk diri saya sendiri dan melihatnya pergi dengan pesawat. Saya
menangis
ketika saya memeluknya karena saya merasa seperti ini adalah saat
terakhir.
Saya pulang ke rumah malam itu dan menangis. Saya merasa terluka
karena

saya tidak mengatakan apa yang ada di hati saya.

Saya memperoleh pekerjaan sebagai sekretaris dan akhirnya menjadi
seorang

analis komputer. Saya sangat bangga dengan prestasi saya. Suatu hari
saya

menerima undangan pernikahan. Undangan itu darinya. Saya bahagia dan
sedih
pada saat yang bersamaan. Sekarang saya tahu kalau saya tak akan
pernah

bersamanya dan kami hanya bisa menjadi teman.

Saya pergi ke pesta pernikahan itu bulan berikutnya. Itu adalah sebuah
peristiwa besar. Saya bertemu dengan pengantin wanita dan tentu saja
juga

dengannya. Sekali lagi saya merasa jatuh cinta. Tapi saya bertahan
agar

tidak mengacaukan apa yang seharusnya menjadi hari paling bahagia bagi
mereka. Saya mencoba bersenang-senang dengan berdansa dengannya malam
itu,
tapi sangat menyakitkan hati melihat dia begitu bahagia. Saya mencoba
untuk
juga berbahagia dan menutupi air mata kesedihan yang ada di hati saya.
Saya
meninggalkan New York merasa bahwa saya telah melakukan hal yang
tepat.

Sebelum saya berangkat... tiba-tiba dia muncul dan mengucapkan salam
perpisahan dan mengatakan betapa ia sangat bahagia bertemu dengan
saya.

Saya pulang ke rumah dan mencoba melupakan semua yang terjadi di New
York.

Kehidupan saya harus terus berjalan. Tahun-tahun berlalu... kami
saling

menulis surat dan bercerita mengenai segala hal yang terjadi dan
bagaimana
dia merindukan untuk berbicara dengan saya. Pada suatu ketika, dia tak
pernah lagi membalas surat saya. Saya sangat kuatir mengapa dia tidak
membalas surat saya meskipun saya telah menulis 6 surat kepadanya..
Ketika
semuanya seolah tiada harapan, tiba-tiba saya menerima sebuah catatan
kecil
yang mengatakan : "Temui saya di pagar dimana kita biasa
bercakap-cakap"
Saya pergi ke sana dan melihatnya di sana. Saya sangat bahagia
melihatnya

tetapi dia sedang patah hati dan bersedih. Kami berpelukan sampai kami
kesulitan untuk bernafas.

Kemudian ia menceritakan kepada saya tentang perceraian dan mengapa
dia

tidak pernah menulis surat kepada saya. Dia menangis sampai dia tak
dapat

menangis lagi... Akhirnya kami kembali ke rumah dan bercerita dan
tertawa

tentang apa yang telah saya lakukan mengisi waktu. Akan tetapi, saya
tetap
tidak dapat mengatakan kepadanya bagaimana perasaan saya yang
sesungguhnya
kepadanya.

Hari-hari berikutnya... dia gembira dan melupakan semua masalah dan
perceraiannya. Saya jatuh cinta lagi kepadanya. Ketika tiba saatnya
dia

kembali ke New York, saya menemuinya dan menangis. Saya benci
melihatnya
harus pergi. Dia berjanji untuk menemui saya setiap kali dia mendapat
libur. Saya tak dapat menunggu saat dia datang sehingga saya dapat
bersamanya. Kami selalu bergembira ketika sedang bersama.

Suatu hari dia tidak muncul sebagaimana yang telah dijanjikan. Saya
berpikir bahwa mungkin dia sibuk. Hari berganti bulan dan saya
melupakannya. Suatu hari saya mendapat sebuah telepon dari New York.
Pengacara mengatakan bahwa ia telah meninggal dalam sebuah kecelakaan
mobil
dalam perjalanan ke airport. Hati saya patah. Saya sangat terkejut
akan

kejadian ini.

Sekarang saya tahu... mengapa ia tidak muncul hari itu. Saya menangis
semalaman. Air mata kesedihan dan kepedihan. Bertanya-tanya mengapa
hal
ini
bisa terjadi terhadap seseorg yang begitu baik seperti dia ?

Saya mengumpulkan barang-barang saya dan pergi ke New York untuk
pembacaan
surat wasiatnya. Tentu saja semuanya diberikan kepada keluarganya dan
mantan istrinya. Akhirnya saya dapat bertemu dengan mantan istrinya
lagi
setelah terakhir kali saya bertemu pada pesta pernikahan. Dia
menceritakan
bagaimana mantan suaminya. Tapi suaminya selalu tampak tidak bahagia.
Apapun yang dia kerjakan... tidak bisa membuat suaminya bahagia
seperti

saat pesta pernikahan mereka. Ketika surat wasiat dibacakan,
satu-satunya

yang diberikan kepada saya adalah sebuah diary. Itu adalah diary
kehidupannya. Saya menangis karena itu diberikan kepada saya. Saya tak
dapat berpikir... Mengapa ini diberikan kepada saya ?

Saya mengambilnya dan terbang kembali ke California. Ketika saya
dipesawat,
saya teringat saat-saat indah yang kami miliki bersama. Saya mulai
membaca
diary itu. Diary dimulai ketika hari pertama kami berjumpa. Saya terus
membaca sampai saya mulai menangis. Diary itu bercerita bahwa dia
jatuh

cinta kepada saya di hari ketika saya patah hati. Tapi dia takut untuk
mengatakannya kepada saya.

Itulah sebabnya mengapa dia begitu diam dan mendengarkan segala
perkataan

saya. Diary itu menceritakan bagaimana dia ingin mengatakannya kepada
saya
berkali-kali, tetapi takut. Diary itu bercerita ketika dia ke New York
dan
jatuh cinta dengan yang lain. Bagaimana dia begitu bahagia ketika
bertemu

dan berdansa dengan saya di hari pernikahannya. Dia berkata bahwa ia
membayangkan bahwa itu adalah pernikahan kami.

Bagaimana dia selalu tidak bahagia sampai akhirnya harus menceraikan
istrinya. Saat-saat terindah dalam kehidupannya adalah ketika membaca
huruf
demi huruf yang saya tulis kepadanya. Akhirnya diary itu berakhir
dengan
tulisan, "Hari ini saya akan mengatakan kepadanya bahwa saya
mencintainya"
Itu adalah hari dimana dia terbunuh. Hari dimana pada akhirnya saya
akan
mengetahui apa yang sesungguhnya ada dalam hatinya.

*******************************************************
Jika engkau mencintai seseorang, "JANGAN TUNGGU ESOK HARI UNTUK
MENGATAKAN
KEPADANYA" karena esok hari itu... mungkin takkan pernah ada..

0 comments: